Sekian tahun berkiprah di dunia pendidikan membuat saya sadar bahwa tidak semua orang memiliki bakat menulis.Kalau hanya sekadar menulis pasti bisa, tetapi mencari inspirasi kemudian menuangkannya menjadi
sebuah karangan ternyata membutuhkan kemampuan khusus.
Tidak semua orang dikarunai bakat menulis (dalam hal ini karangan) yang cemerlang. Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa semua orang bisa menulis, tetapi tetap saja bakat menjadi penunjang yang tak kalah pentingnya untuk melancarkan kemampuan. Sebaliknya bakat tanpa latihan, bagaikan pisau yang tumpul karena tidak pernah diasah. Jadi bakat dan latihan keduanya dapat menjadikan seseorang memiliki kemampuan yang baik.
Lalu bagaimana dengan orang yang tidak memiliki bakat menulis? Saya sering melihat anak didik yang sulit menemukan ide atau mengubahnya menjadi sebuah karya. Bagi saya menulis itu mudah! Bukan karena saya bergelut dalam dunia ini, maka saya berpendapat demikian. Memang benar menulis itu mudah! Seandainya sulit, tidak mungkin seorang dokter dapat menjadi novelis terkenal atau sarjana teknik mesin menjadi pengarang yang cukup dikenal. Padahal dunia mereka benar-benar menyimpang jauh dari dunia sastra. Ini berarti bahwa sebenarnya setiap orang dapat menulis, asalkan ia memiliki kesabaran dan keteguhan hati yang luar biasa.
Kesabaran menemukan ide yang tepat untuk bahan tulisan dan keteguhan hati dalam menuangkan proses kreatif untuk menjadikannya sebuah tulisan yang utuh.
Menentukan ide tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Apa saja yang kita temui atau berada di sekitar, dapat dijadikan bahan tulisan. Untuk menjadikannya sebuah karangan (cerpen misalnya) kita dapat mengingat atau
membayangkan suatu peristiwa dan menggabungkannya dengan ide tersebut. Bahkan pengalaman seseorang pun
bisa kita jadikan cerita walaupun ada penambahan pada beberapa bagian. Hal ini penting karena cerita bukanlah kejadian nyata, walaupun berasal dari sumber yang nyata. Sebuah cerita memerlukan gabungan peristiwa nyata dan imajinasi, serta menuntut keahlian pengarang dalam bermain kata.
Joni Ariadinata seorang pengarang yang pernah menjalani kehidupan masyarakat kelas bawah menggambarkan kehidupan keluarga yang serba kekurangan dan tinggal di tempat kumuh pula. Cerpennya yang berjudul "Lampor"
mampu menjelaskan dengan menarik kehidupan masyarakat kumuh tersebut. Pergaulan sehari-hari bersama orang-orang pinggiran membuat Joni tidak mendapat kesulitan saat menuliskan kata-kata yang biasa terdapat di kalangan tersebut. Hal ini berarti Joni memberikan sebagian pengalamannya dan sebagian lainnya berupa imajinasi. Pengalaman itu dituangkan ke dalam penulisan bahasa yang digunakan para tokoh cerita, sedangkan kejadian-kejadian yang dialami para tokoh adalah bentuk imajinasi yang disuguhkan Joni. Walaupun cerita yang ditulis adalah sebuah perkara yang lazim terjadi, tetapi semua itu tidak terlepas dari bayangan-bayangan yang muncul dalam benak saat pengarang memutuskan untuk mengubah ide menjadi cerita.
Mulailah dari hal yang paling sederhana. Menulis buku harian dengan mencantumkan kejadian yang mengesankan adalah langkah yang tepat untuk mulai berlatih menulis. Atau tulis tentang apa saja. Tidak masalah jika pada awalnya belum membentuk paragraf atau cerita. Rajin menulis akan dapat mengasah kepekaan kita dalam merangkai kalimat-kalimat yang padu menjadi paragraf. Sekali lagi jangan biarkan imajinasi terpendam di dada,
gali dan terus gali hingga kita dapat membuktikan bahwa menulis cerita itu memang mudah!
Senin, 21 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar