Beberapa tahun terakhir ini aku baru menikmati kembali indahnya persaudaraan. Bukan hanya persaudaraan karena sesama muslim, lebih dari itu karena ini adalah persaudaraan dalam arti yang sebenarnya.
Dulu, mungkin kami sama-sama kaku, keras kepala, dan belum dewasa. Tidak ada yang mau mengalah. Hampir setiap hari bertengkar, seolah-olah tidak ada bedanya dengan anjing dan kucing.
Ya, itulah kami, aku dan kakakku.
Sebenarnya tidak pernah bosan ibu dan bapak kami selalu menasihati bahwa seharusnya kami saling menyayangi. Lebih-lebih kepada kakakku, Ibu sering mengingatkan tentang rentang usia kami yang hampir lima tahun dan rasanya tidak pantas remaja SMA umur 17 tahun ribut dengan adiknya yang masih 12 tahun serta baru lulus SD.
Tiada hari tanpa bertengkar. Ada saja masalah yang membuat kami naik pitam bahkan tidak jarang diselingi adu makian dan main jambak. Baru berhenti jika kedua orangtua melerai sambil memarahi kami berdua.
Tetapi itu dulu. Ada sesuatu yang membuat kami berubah pikiran. Kalau kakak beradik yang lain begitu rukun dan saling menyayangi, mengapa kami tidak sanggup berbuat demikian? Aku sering terpesona melihat adegan seorang kakak menggandeng adiknya atau mendengar kisah persaudaraan yang selalu bersama dalam suka dan duka.
Baru kusadari bahwa persaudaraan yang dihiasi kasih sayang, saling mengerti, dan mau menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki saudara kita dapat menghadirkan perasaan yang begitu indah. Indah, bahkan lebih indah dibanding kilau permata dan intan berlian. Lebih menyejukkan dari tetes embun dini hari. Aku telah menemukan harta yang paling berharga : persaudaraan yang penuh kasih sayang.
Selasa, 01 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar